Pengertian tentang semboyan 3G bangsa Eropa


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Akhir abad ke-15, di Eropa timbul suatu peristiwa gerakan Renaissance dan Humanisme yang bertujuan untuk mempelajari, menyelidiki dan menggali ilmu pengetahuan. Semangat untuk dapat lebih dari masa lampau menimbulkan gerakan kemajuan.
Dengan semangat kemajuan tersebut, maka pada abad ke-15 di Eropa melahirkan temuan-temuan baru, misalnya temuan Nicolaus Copernicus bahwa bumi itu bulat. Hal ini mendorong pelaut-pelaut dari Spanyol, Portugis dan negara-negara Eropa lainnya untuk berlayar menjelajahi samudera mencari daerah baru.
Selain itu, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani. Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki bahan rempah-rempah, Dalam perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber rempah-rempah di negara penghasil.  Adanya semboyan imperalisme kuno: Gold (mencari kekayaan), Glory (mencari kejayaan), Gospel (menyebarkan agama kristen). Semboyan tersebut menjadi tujuan penjelajahan samudera. Selain dengan Keinginan Berpetualang
Disertai dengan keadaan Eropa pada tahun 1450 M sampai 1650 M menemui masa penemuan (Age of Discovery) dan masa perluasan kekuasaan (Age of Expansion)Mereka berlomba-lomba mengarungi samudra, dengan tujuan mencari daerah baru bagi perkembangan perdagangan dan kebutuhan mereka sendiri. Inilah masa yang disebut sebagai “Masa penjelajahan samudera dan penemuan daerah-daerah baru.















The Crusade atau Perang Salib, sementara pejuang perang Salib itu disebut 'Crusader' selalu muncul dalam bentuk lain di dalam kehidupan ummat Islam. Dalam sejarah Indonesia sejak dimulainya era kolonialisme oleh bangsa-bangsa Eropa yang kafir, mulai abad ke 15 hingga sekarang, sebenarnya peperangan itu belum pernah berakhir. Begitu pula yang dialami kaum muslimin di seluruh dunia.

Dalam perjalanan panjang sejarah Nusantara boleh dibilang banyak pejuang muslim dalam melawan para 'Crusader' itu. Namun sayang rezim Soekarno dan Soeharto banyak men dis-informasi realitas sejarah bangsa Indonesia. Kolonialisasi yang dilakukan bangsa Eropa, khususnya Belanda selama hampir 3,5 abad di negeri ini, sebenarnya hanya bentuk lain daripada 
"The Crusade' yang dilancarkan bangsa Romawi Eropa/Nashrani kepada negeri-negeri muslim di seluruh dunia pada masa itu.

Penjajahan yang mereka lakukan saat itu, bukan hanya sekedar untuk kepentingan ekonomi, tapi menyangkut pula masalah penyebaran agama Kristen dan penerapan kekuasaan untuk mempola kehidupan penduduknya seperti yang mereka ingini. Semboyan 3G yang menjadi dasar perjuangan mereka yaitu 
"the Glory, the Gold, the Gospel" jelas sekali membuktikan hal itu. Dalam abad 15 sampai abad 20 penterjemahan makna 3G memang seperti adanya, yaitu: Kemenangan menguasai wilayah Ibu Pertiwi (the Glory), Mengeruk kekayaan alam sebesar-besarnya bagi kepentingan sang Penjajah (the Gold), dan penyebaran agama Kristen di seluruh tanah jajahan (the Gospel). 

Bagaimana penterjemahan 3G dalam sejarah modern (abad 21) ini? Hakekatnya sama saja, hanya kulitnya saja berbeda.

Penjajahan (the Glory) atas negeri-negeri muslim memang tidak lagi dalam wujud penjajahan geografis, meskipun dalam beberapa kasus tetap saja masih terjadi seperti di Palestina, Afghanistan dan Irak, sekarang.

Penjajahan yang terjadi sekarang lebih banyak berupa penjajahan ekonomi dan penguasaan sumber-sumber kekayaan alam melalui kekuatan-kekuatan bisnis raksasa yang dikenal dengan 'Multi National Corporation'. Kini dengan bernaung di bawah bendera "globaliasi" dan "Perdagangan Bebas", penjajahan semacam itu akan lebih dikokohkan lagi. Dengan dikuasainya sektor-sektor kehidupan ekonomi, maka penjajahan atas sektor-sektor kehidupan kaum muslimin lainnya menjadi sangat mudah. Termasuk menghisap semua kekayaan negeri bangsa itu melalui lembaga-lembaga ekonomi yang berhasil dipaksakan mereka seperti melalui Pasar Uang dan Pasar Modal. 
Inilah penterjemahan "the Gold'.

Lalu penterjemahan 'the Gospel'bukan lagi hanya berbentuk proyek peng-kristen-an secara vulgar (meskipun masih ada juga dalam skala kecil), tetapi yang lebih jauh adalah mengubah tata cara hidup dan kehidupan ummat Islam agar meniru tata-cara kehidupan bangsa Rumawi/Eropa-Amerika yang Nashrani/Yahudi itu.

Dalam kitab suci Al-Qur'an disebutkan:
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: 'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yg benar)'. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." [QS Al-Baqarah (2) ayat 120].

Bahwa kaum kafir itu tak akan berhenti bikin susah kaum muslimin se dunia, hingga orang muslim itu mau mengikuti millat mereka. Apa itu millat? Para ulama besar Islam menafsirkan, millat adalah tata-cara hidup keseharian yang menyangkut pola pandang, pola keilmuan dan pola fikir. Selama kaum muslimin belum mau menggunakan dan meniru pola pandang, pola keilmuan dan pola fikir mereka, maka selama itu pula mereka tak akan pernah berhenti untuk memerangi kaum muslim di mana pun berada.

Inilah penerjemahan konsep 'the Gospel' mutakhir di masa sekarang ini. Oleh sebab itu, paham seperti:materialisme, kolonialisme, imperialisme, liberalisme, ekonomi Pasar, kapitalisme, sosialisme, konsumerisme, demokrasi, HAM, women's lib, free love, free sex, hedonisme, pasar bebas, globalisasi, budaya kosmopolitan, dan banyak istilah-istilah canggih yang menjadi perbendaharaan ummat Islam masa kini, ruh-nya adalah berasal dari konsep the Gospel itu, tapi banyak kaum muslimin tidak menyadarinya. 

Sejarah rakyat Indonesia sejak masuknya kaum penjajah (the Crusader) ke bumi Nusantara, bukan tidak mendapat perlawanan sengit dari bangsa ini. Ingatlah baik-baik sejarah nasional bangsa ini sejak mulai abad ke 16, di mulai ketika Sultan Agung (Raja Jawa yang pertama memeluk Islam) mengobarkan perang Jihad melawan kaum kafir (The Crusader yang diperankan Belanda).

Perlawanan itu terus terjadi hingga memasuki abad 20, ketika kita saksikan dalam sejarah bagaimana gigihnya perjuangan para pahlawan bangsa melawan 'the Crusader modern' yang hendak memaksakan kehendaknya. Para 'Crusader Modern' itu terus memerangi kaum muslimin se dunia khususnya bangsa Indonesia melalui mekanisme kolonialisme dan imperialisme terhadap negeri bekas jajahannya yang umumnya adalah negeri-negeri muslim di Asia dan Afrika.

Silahkan baca lainnya:
- Sejarah Penghianatan para founding fathers terhadap umat Islam 
- Tirani Minoritas: Dari Piagam Jakarta Hingga Reformasi 
- Crusade Modern" yang sangat berbahaya

Perhatikanlah, apa yang diperjuangkan Sultan Hasanuddin (Raja Bone yang seorang muslim taat), Sultan Tidore (raja muslim yang saat itu mengusai wilayah Indonesia Timur hingga Irian Timur sekarang), Imam Bonjol, Pangeran Banjarsari di Kalimantan, Sultan Sambas yang kekuasaannya di Kalimantan Tengah dan Barat, Kartini (seorang pejuang wanita yang tidak harus terjun ke lapangan untuk memperjuangkan kebenaran), hingga Teuku Umar dan Tjoet Nya' Dien di Aceh. Semua mereka adalah para Mujahidin yang melakukan perlawanan terbuka terhadap "the Crusader Modern" dari negeri Belanda. Ini fakta sejarah yang tak bisa dimungkiri.

Setelah 30 tahun kemudian, maka beginilah keadaan nasib bangsa Indonesia sekarang, menjadi tambah miskin dan terhina di hadapan kaum kafir. Lihat posting 
Jangan merasa aman dengan proyek Joseph yang mengungkapkan bagaimana terhinanya kaum muslim di Indonesia saat ini meskipun mereka mayoritas, adalah sebuah realitas yang tak bisa ditutupi lagi karena semua negeri Barat sudah tahu hal itu lebih dulu, karena memang itu tujuan mereka datang kemari.

Seorang teman saya menyodorkan sebuah ayat dalam Al-Qur'an setelah dia membaca tulisan di posting itu, yaitu sebuah ayat dalam surat Al-Anfal ayat 55 yang berbunyi:
"Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman". 

Yang membuat saya tercengang adalah ucapan teman tadi setelah dia membacanya: "Kalau begitu, bagaimana posisi kaum muslim di tanah air saat ini di hadapan Allah? Bukankah posisi mereka di bawah ketiak dan telapak kaki kaum kafir saat ini? Bukankah berarti nasibnya lebih hina lagi daripada kaum kafir yang mempola mereka itu?" Saya sangat kaget mendengar ungkapan itu, dan baru sadar sejauh mana hujaman tulisan di posting tadi yang menurut saya hanyalah seorang nasionalis yang prihatin akan nasib bangsanya, sehingga dia berani mengungkapkan realitas ummat muslim sesungguhnya di negeri ini.

Hal yang sama tak akan pernah mau diungkapkan oleh dunia Barat (Crusader Modern), karena pemberitaan semacam itu hanya bisa memnyadarkan kaum muslimin di negeri ini. Makanya mereka lebih senang kaum muslim di Indonesia terus terbuai di balik anggapan-anggapannya yang kosong dan tidak relistis, sehingga tiba saatnya untuk di-"Irak"-kan atau di-"Afghanistan"-kan nasibnya, yang sebentar lagi sudah akan terjadi karena
"tanda-tanda Perang Salib" dan "Balkanisasi-Indonesia" Sudah Mulai Tampak. (berpolitik)
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penjelajahan Samudera yang dilakukan oleh bangsa Eropa tidak dapat dilepaskan dari berbagai peristiwa dan berbagai faktor yang mendorongnya. Antara lain Gerakan Renaisans dan Humanisme yang terjadi di Eropa pada abad-15 yang memicu tumbuhnya berbagai kemajuan dalam pengetahuan dan teknologi. Selain itu faktor politis dan ekonomi yang mempengaruhi situasi perdagangan di Laut Tengah juga mendorong terjadinya perubahan jalur perdagangan dari barat ke timur
Dimana di Eropa sendiri pada tahun 1450 sampai 1650 menemui masa penemuan (Age of Discovery) dan masa perluasan kekuasaan (Age of Expansion). Ketika itu bangsa-bangsa Eropa sudah dapat mengembangka ilmu pengetahuan di bidang geografi dan teknologi. Memang mereka tertinggal oleh bangsa Romawi dan bangsa Islam selama berabad-abad lamanya. Namun rupanya, bangsa-bangsa Eropa memiliki keinginan yang kuat untuk mengejar ketertinggalan itu. Mereka berlomba-lomba mengarungi samudra, padahal mereka belum yakin apakah dunia ini bulat seperti bola atau datar seperti meja. Mereka pun ingin berekspansi, membangun wilayah-wilayah pendudukan atau koloni-koloni. Inilah awal kolonialisme Eropa Akhir abad ke-15,  atau sebagai penanda awal pejelajahan samudra yang dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol.
 Untuk menghindari persaingan antara Portugis dan Spanyol, maka pada tanggal 7 Juni 1494 lahirlah Perjanjian Tordesillas. Paus membagi daerah kekuasaan di dunia non-Kristiani menjadi dua bagian dengan batas garis demarkasi/khayal yang membentang dari kutub Utara ke kutub Selatan. Daerah sebelah Timur garis khayal adalah jalur/kekuasaan Portugis, sedangkan daerah sebelah Barat garis khayal adalah jalur Spanyol.
Dimana Faktor Pendorong Penjelajahan Samudra dan Penemuan Derah baruYakni adanya Perkembangan Ilmu Pengetahuan, faktor EkonomiPolitik, danIdealisme walaupun pada tahap perkembanganya memberikan dampak positif dan negatif.

Comments