Sejak
Kapan Indonesia Mengenal Agama
Kristiani ?
v Sesungguhnya, penyebaran agama
Kristen di Indonesia merupakan bagian dari kegiatan penyebaran Kristen ke
seluruh dunia. Penyebaran agama Kristen sebenarnya sudah mulai dilakukan semasa
penjelajahan samudra.
v Penyebaran Kristen Katolik dirintis
oleh rohaniawan (pastor dan biarawan) sedangkan penyebaran Kristen Protestan
dirintis oleh para pendeta atau pengabar Injil. Lantas, sejak kapan agama
Kristen di Indonesia mulai disebarkan? Ternyata penyebaran Kristen di Indonesia
sudah mulai dirintis oleh dua rohaniawan Fransiskan dari Italia. Pada abad VII
M, sudah ada perkampungan Kristen di Fansur, dekat Barus, Sumatra Utara.
Keberadaan umat Kristen di daerah tersebut dimuat dalam catatan sejarawan
Mesir, Sheik Abu Salih al-Armini. Namun, pada abad-abad berikutnya perkampungan
itu tidak diketahui lagi kabar beritanya.
v Pada tahun 1321, rohaniawan
Fransiskan bernama Oderico de Pordonone singgah ke Sumatra, Kalimantan, dan
Jawa. Ia berkunjung dalam rangka perjalanannya ke Cina dari Eropa. Ia sempat
berkunjung ke Istana Majapahit dan bandar Lamuri di Aceh. Pada tahun 1347,
rohaniawan bernama Joao de Marignolli sempat berkunjung ke Istana Samudera
Pasai dan disambut hangat di istana tersebut.
v Hal-hal di atas memang belum
memperlihatkan tumbuhnya pengaruh Kristen ke Indonesia. Namun setidaknya sudah
ada interaksi meskipun dalam tahap awal antara penduduk Nusantara dengan
rohaniawan-rohaniawan penyebar agama kristiani.
v Perkembangan Agama Kristen di
Indonesia
Sejak abad ke-15 Paus di Roma memberi tugas kepada misionaris bangsa Portugis dan Spanyol untuk menyebarkan agama Katholik. Kemudian bangsa Belanda pun tertarik untuk menyebarkan ajaran agama Kristen Protestan dengan mengirimkan para zending di negeri-negeri jajahannya.
Sejak abad ke-15 Paus di Roma memberi tugas kepada misionaris bangsa Portugis dan Spanyol untuk menyebarkan agama Katholik. Kemudian bangsa Belanda pun tertarik untuk menyebarkan ajaran agama Kristen Protestan dengan mengirimkan para zending di negeri-negeri jajahannya.
1.
Misionaris Portugis di
Indonesia
Pada abad ke-16 kegiatan misionaris sangat aktif menyampaikan kabar
Injil ke seluruh penjuru dunia dengan menumpang kapal pedagang Portugis dan
Spanyol. Salah seorang misionaris yang bertugas di Indonesia terutama Maluku
adalah Fransiscus Xaverius (1506–1552). Ia seorang Portugis yang membela rakyat
yang tertindas oleh jajahan bangsa Portugis. Di kalangan pribumi ia dikenal
kejujuran dan keikhlasannya membantu kesulitan rakyat. Ia menyebarkan ajaran
agama Katholik dengan berkeliling ke kampung-kampung sambil membawa lonceng di
tangan untuk mengumpulkan anak-anak dan orang dewasa untuk diajarkan agama
Katholik.
Kegiatan misionaris Portugis tersebut berlangsung di Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, P ulau Siau, dan Sangir, kemudian menyebar ke Kalimantan dan Jawa Timur.
Penyebaran agama Katholik di Maluku menjadi tersendat setelah terbunuhnya Sultan Hairun yang menimbulkan kebencian rakyat terhadap semua orang Portugis. Setelah jatuhnya Maluku ke tangan Belanda, kegiatan misionaris surut dan diganti kegiatan zending Belanda yang menyebarkan agama Kristen Protestan.
Kegiatan misionaris Portugis tersebut berlangsung di Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, P ulau Siau, dan Sangir, kemudian menyebar ke Kalimantan dan Jawa Timur.
Penyebaran agama Katholik di Maluku menjadi tersendat setelah terbunuhnya Sultan Hairun yang menimbulkan kebencian rakyat terhadap semua orang Portugis. Setelah jatuhnya Maluku ke tangan Belanda, kegiatan misionaris surut dan diganti kegiatan zending Belanda yang menyebarkan agama Kristen Protestan.
2.
Zending Belanda
di Indonesia
Pada abad ke-17 gereja di negeri Belanda mengalami perubahan, agama Katholik yang semula menjadi agama resmi negara diganti dengan agama Kristen Protestan. Pemerintah Belanda melarang pelaksanaan ibadah agama Katholik di muka umum dan menerapkan anti Katholik, termasuk di tanah-tanah jajahannya.
VOC yang terbentuk tahun 1602 mendapat kekuasaan dan tanggung jawab memajukan agama. VOC mendukung penyebaran agama Kristen Protestan dengan semboyan “siapa punya negara, dia punya agama”, kemudian VOC menyuruh penganut agama Katholik untuk masuk agama Kristen Protestan. VOC turut membiayai pendirian sekolah-sekolah dan membiayai upaya menerjemahkan injil ke dalam bahasa setempat. Di balik itu para pendeta dijadikan alat VOC agar pendeta memuji-muji VOC dan tunduk dengan VOC. Hal tersebut ternyata sangat menurunkan citra para zending di mata rakyat, karena VOC tidak disukai rakyat.
Pada abad ke-17 gereja di negeri Belanda mengalami perubahan, agama Katholik yang semula menjadi agama resmi negara diganti dengan agama Kristen Protestan. Pemerintah Belanda melarang pelaksanaan ibadah agama Katholik di muka umum dan menerapkan anti Katholik, termasuk di tanah-tanah jajahannya.
VOC yang terbentuk tahun 1602 mendapat kekuasaan dan tanggung jawab memajukan agama. VOC mendukung penyebaran agama Kristen Protestan dengan semboyan “siapa punya negara, dia punya agama”, kemudian VOC menyuruh penganut agama Katholik untuk masuk agama Kristen Protestan. VOC turut membiayai pendirian sekolah-sekolah dan membiayai upaya menerjemahkan injil ke dalam bahasa setempat. Di balik itu para pendeta dijadikan alat VOC agar pendeta memuji-muji VOC dan tunduk dengan VOC. Hal tersebut ternyata sangat menurunkan citra para zending di mata rakyat, karena VOC tidak disukai rakyat.
Tokoh zending di Indonesia antara lain :
. 1
Ludwig Nommensen jahe
2.
Sebastian Danckaerts
3.
Adriaan Hulsebos dari Hernius.
v Kegiatan zending di Indonesia
meliputi:
a.
Menyebarkan
agama Kristen Protestan di Maluku, Sangir, Talaud, Timor, Tapanuli, dan
kota-kota besar di Jawa dan Sumatra.
b.
Mendirikan Nederlands Zendeling Genootschap (NZG),
yaitu perkumpulan pemberi kabar Injil Belanda yang berusaha menyebarkan agama
Kristen Protestan, mendirikan wadah gereja bagi jemaat di Indonesia seperti
Gereja Protestan Maluku (GPM), Gereja Kristen Jawa (GKJ), Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP), dan mendirikan sekolah-sekolah yang menitikberatkan pada
penyebaran agama Kristen Protestan.
3. Wilayah
Persebaran Agama Nasrani di Indonesia pada Masa Kolonial
Saat VOC berkuasa, kegiatan misionaris Katholik terdesak oleh kegiatan zending Kristen Protestan, dan bertahan di Flores dan Timor. Namun sejak Daendels berkuasa, agama Katholik dan Kristen Protestan diberi hak sama, dan mulailah misionaris menyebarkan kembali agama Katholik terutama ke daerah-daerah yang belum terjangkau agama-agama lain. Penyebaran agama Kristen Protestan di Maluku menjadi giat setelah didirikan Gereja Protestan Maluku (GPM) tanggal 6 September 1935. Organisasi GPM menampung penganut Kristen Protestan di seluruh Maluku dan Papua bagian selatan. Penyebaran agama Kristen menjangkau Sulawesi Utara di Manado, Tomohon, Pulau Siau, Pulau Sangir Talaud, Tondano, Minahasa, Luwu, Mamasa dan Poso, serta di Nusa Tenggara Timur yang meliputi Timor, Pulau Ende, Larantuka dan Flores. Adapun persebaran agama Katholik di Jawa semula hanya berlangsung di Blambangan, Panarukan, Jawa Timur. Kemudian menyebar ke wilayah barat, seperti Batavia, Semarang dan Jogjakarta. Agama Kristen Protestan di Jawa Timur berkembang di Mojowarno, Ngoro dekat Jombang. Di Jawa Tengah meliputi Magelang, Kebumen, Wonosobo, Cilacap, Ambarawa, Salatiga, Purworejo, Purbalingga dan Banyumas. Di Jawa Barat pusat penyebaran agama Kristen terdapat di Bogor, Sukabumi dan Lembang (Bandung). Di Sumatera Utara masyarakat Batak yang menganut agama Kristen berpusat di Angkola Sipirok, Tapanuli Selatan, Samosir, Sibolga, Buluh Hawar di Kalo, Kabanjahe, Sirombu dan Kepulauan Nias. Kegiatan agama Kristen di masyarakat Batak dipusatkan pada Organisasi HKBP. Adapun di Kalimantan Selatan agama Kristen berkembang di Barito dan Kuala Kapuas. Di Kalimantan Barat umat Nasrani banyak terdapat di Pontianak. Di Kalimantan Timur banyak terdapat di Samarinda, sedangkan di Kalimantan Tengah berpusat di pemukiman masyarakat Dayak desa Perak dan Kapuas Kahayan.
Saat VOC berkuasa, kegiatan misionaris Katholik terdesak oleh kegiatan zending Kristen Protestan, dan bertahan di Flores dan Timor. Namun sejak Daendels berkuasa, agama Katholik dan Kristen Protestan diberi hak sama, dan mulailah misionaris menyebarkan kembali agama Katholik terutama ke daerah-daerah yang belum terjangkau agama-agama lain. Penyebaran agama Kristen Protestan di Maluku menjadi giat setelah didirikan Gereja Protestan Maluku (GPM) tanggal 6 September 1935. Organisasi GPM menampung penganut Kristen Protestan di seluruh Maluku dan Papua bagian selatan. Penyebaran agama Kristen menjangkau Sulawesi Utara di Manado, Tomohon, Pulau Siau, Pulau Sangir Talaud, Tondano, Minahasa, Luwu, Mamasa dan Poso, serta di Nusa Tenggara Timur yang meliputi Timor, Pulau Ende, Larantuka dan Flores. Adapun persebaran agama Katholik di Jawa semula hanya berlangsung di Blambangan, Panarukan, Jawa Timur. Kemudian menyebar ke wilayah barat, seperti Batavia, Semarang dan Jogjakarta. Agama Kristen Protestan di Jawa Timur berkembang di Mojowarno, Ngoro dekat Jombang. Di Jawa Tengah meliputi Magelang, Kebumen, Wonosobo, Cilacap, Ambarawa, Salatiga, Purworejo, Purbalingga dan Banyumas. Di Jawa Barat pusat penyebaran agama Kristen terdapat di Bogor, Sukabumi dan Lembang (Bandung). Di Sumatera Utara masyarakat Batak yang menganut agama Kristen berpusat di Angkola Sipirok, Tapanuli Selatan, Samosir, Sibolga, Buluh Hawar di Kalo, Kabanjahe, Sirombu dan Kepulauan Nias. Kegiatan agama Kristen di masyarakat Batak dipusatkan pada Organisasi HKBP. Adapun di Kalimantan Selatan agama Kristen berkembang di Barito dan Kuala Kapuas. Di Kalimantan Barat umat Nasrani banyak terdapat di Pontianak. Di Kalimantan Timur banyak terdapat di Samarinda, sedangkan di Kalimantan Tengah berpusat di pemukiman masyarakat Dayak desa Perak dan Kapuas Kahayan.
Ø Faktor-faktor penyebab sulitnya perkembangan agama Kristen di
Indonesia pada waktu itu adalah:
1. Pada waktu itu agama Kristen dianggap identik dengan agama penjajah.
2. Pemerintah kolonial tidak
menghargai prinsip persamaan derajat manusia.
3. Sebagian besar rakyat Indonesia telah menganut agama lain.
Oleh karena
itulah upaya penyebaran dilakukan di daerah-daerah yang belum tersentuh agama
lainnya. Juga dilakukan dengan mengadakan tindakan-tindakan kemanusiaan seperti
mendirikan rumah sakit dan sekolah. Akhirnya berkat kerja keras kaum misionaris
dan zending, agama Kristen dapat berkembang di Indonesia sampai sekarang.
Sejarah Perkembangan dan Masuknya Agama Kristen di Indonesia
Perkembangan Agama Kristen di Indonesia
dapat dibagi menjadi 3 zona waktu.
1. Sebelum kolonialisme Belanda
2. Saat kolonialisme Belanda
3. Setelah kolonialisme Belanda
1. Sebelum kolonialisme Belanda
2. Saat kolonialisme Belanda
3. Setelah kolonialisme Belanda
1. Sebelum Kolonialisme Belanda
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ke-7 di Sumatera Utara. Kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia
2. Saat Kolonialisme
Belanda
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah, Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547. Namun ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, Belanda mengusir misionari-misionari Katolik dan memperkenalkan Kristen Protestan (dari aliran Calvinist Dutch Reformed Church), sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.
Perkembangan Kekristenan di Indonesia pada jaman itu cukup lambat. Hal ini dikarenakan ajaran Calvinist merupakan aliran agama Kristen yang memerlukan pendalaman Alkitab yang mendalam, sementara edisi Alkitab saat itu belum ada yang berbahasa Indonesia (bahasa Belanda). Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda untuk masuk dan menguasai Indonesia saat itu adalah sebuah perusahaan sekuler dan bukan perusahaan yang cukup religius, sehingga tidak mendukung penyebaran agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri. Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa. Orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perijinan tersebut untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861, dan misionari Kristen Belanda dari aliran Rhenish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah, Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547. Namun ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, Belanda mengusir misionari-misionari Katolik dan memperkenalkan Kristen Protestan (dari aliran Calvinist Dutch Reformed Church), sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.
Perkembangan Kekristenan di Indonesia pada jaman itu cukup lambat. Hal ini dikarenakan ajaran Calvinist merupakan aliran agama Kristen yang memerlukan pendalaman Alkitab yang mendalam, sementara edisi Alkitab saat itu belum ada yang berbahasa Indonesia (bahasa Belanda). Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda untuk masuk dan menguasai Indonesia saat itu adalah sebuah perusahaan sekuler dan bukan perusahaan yang cukup religius, sehingga tidak mendukung penyebaran agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri. Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa. Orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perijinan tersebut untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861, dan misionari Kristen Belanda dari aliran Rhenish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah
3. Setelah Kolonialisme Belanda
Pada abad ke 20 setelah Belanda pergi dariIndonesia ,
agama Kristen dan Katolik mulai berkembang pesat. Hal ini dimulai oleh sebuah
keadaan pada tahun 1965, ketika terjadi peralihan kekuasaan Presiden Soekarno
kepada Presiden Soeharto. Saat itu, Komunisme (dan Atheisme) merupakan hal yang
dilarang oleh pemerintah. Semua orang-orang yang tidak beragama, langsung dicap
Atheis, dan dengan demikian sangat mudah untuk dituduh sebagai pengikut
Komunis. Saat itu, gereja dari berbagai aliran mengalami pertumbuhan jemaat
yang pesat, terutama dari orang-orang (sebagian besar beretnis Tionghoa yang
berasal dari Cina, yang merupakan negara Komunis) yang merasa tidak nyaman
dengan kebijakan pemerintah mengenai Komunisme dan Atheisme pada saat itu.
Pada akhir abad ke 20 sampai awal abad 21, banyak misionaris dari Amerika yang menyebarkan aliran Evangelican dan Pentecostal. Aliran yang sering disebut "Karismatik" ini merupakan aliran yang dianggap "modern" karena menggabungkan antara Kristen tradisional, dengan pola pikir modern pada jaman ini
Cabang-cabang utama
Pada abad ke 20 setelah Belanda pergi dari
Pada akhir abad ke 20 sampai awal abad 21, banyak misionaris dari Amerika yang menyebarkan aliran Evangelican dan Pentecostal. Aliran yang sering disebut "Karismatik" ini merupakan aliran yang dianggap "modern" karena menggabungkan antara Kristen tradisional, dengan pola pikir modern pada jaman ini
Cabang-cabang utama
Agama Kristen termasuk banyak tradisi agama yang bervariasi berdasarkan budaya, dan juga kepercayaan dan aliran yang jumlahnya ribuan. Selama dua milenium, Kekristenan telah berkembang menjadi tiga cabang utama:
1. Katolik (denominasi tunggal Kristen terbesar, termasuk Gereja
Katolik ritus Timur, dengan satu koma dua milyar penganut total, lebih dari
setengah dari jumlah total penganut agama Kristiani)
2. Protestanisme (terdiri dari berbagai macam denominasi dan pemikir
dengan berbagai macam penafsiran kitab suci, termasuk Lutheranisme,
Anglikanisme, Calvinisme, Pentakostalisme, Methodis, Gereja Baptis, Karismatik,
Presbyterian, Anabaptis, dsb.
3. Ortodoks Timur (denominasi
tunggal Kristen terbesar kedua, dan merupakan denominasi Kristen terbesar di
Eropa timur)
Selain itu ada pula berbagai gerakan baru seperti Bala Keselamatan, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Mormon, Saksi-Saksi Yehuwa, serta berbagai aliran yang muncul pada akhir abad ke-19 maupun abad
Selain itu ada pula berbagai gerakan baru seperti Bala Keselamatan, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Mormon, Saksi-Saksi Yehuwa, serta berbagai aliran yang muncul pada akhir abad ke-19 maupun abad
Hambatan dalam
Penyebaran Agama Kristiani pada Masa Penjajahan Belanda
Perkembangan agama kristiani di
Indonesia mengalami berbagai macam hambatan. Hal ini jauh berbeda
dengan penyebaran agama Hindu-Buddha dan Islam. Hambatan-hambatan itu
disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini.
a. Rasa curiga terhadap para misionaris
a. Rasa curiga terhadap para misionaris
Para rohaniawan singgah ke Indonesia
bersama dengan armada dagang Eropa baik Portugis, Spanyol maupun Belanda. Tugas
utama mereka mengurus keperluan rohani para awak. Lama-kelamaan, para
rohaniawan tergerak untuk menyebarkan agama kristiani kepada penduduk asli.
Para penguasa dan penduduk pribumi,
pada umumnya menaruh curiga terhadap para rohaniawan tersebut. Para rohaniawan
dianggap sebagai sekutu bangsa-bangsa kolonial. Tindakan penindasan yang
dilakukan para pedagang maupun pemerintah kolonial, menimbulkan kesan bahwa
Kristen identik dengan kolonialisme. Padahal para rohaniawan tersebut datang
dengan maksud damai. Keadaan menjadi semakin parah jika orang-orang yang ikut
dalam armada Portugis dan Belanda tersebut merupakan kalangan yang dibuang
karena tindak kriminal di negaranya. Di Indonesia, sepak terjang mereka yang
buruk, merugikan usaha para rohaniawan untuk menyebarkan agama kristiani.
b. Adanya campur tangan
penguasa Kolonial
Usaha-usaha penyebaran agama
kristiani sering kali dimanfaatkan oleh penguasa kolonial. Para pengusaha
ataupun pemerintah kolonial yang ada umumnya lebih mementingkan keuntungan
ekonomi sering kali melakukan campur tangan dalam urusan gereja. Hal ini
mengakibatkan penyebaran agama kristiani dilakukan dengan cara serupa dengan
kegiatan kolonialisasi.
Comments